Berikut adalah contoh dari artikel Berita yang bisa anda lihat. Kami menghadirkan artikel jenis SEO Berita mengenai ekonomi. Keyword kali ini adalah “nilai tukar Rupiah”. Berikut adalah artikelnya secara lengkap.
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Inilah Pengaruh dan Dampaknya
Nilai tukar rupiah mengalami pergerakan yang terbatas. Hal ini berjalan seiring dengan ketidakpastian tentang stimulus serta kekhawatiran penolakan adanya Undang-Undang Cipta Kerja.
Sebenarnya, rupiah sempat mengalami pergerakan dan merangkak naik selama enam hari. Akan tetapi, kembali melesu seiring penguatan dolar Amerika Serikat pada tengah-tengah stimulus ekonomi pemerintahan negara adidaya tersebut.
Lalu, dengan adanya pelemahan nilai rupiah ini, akan mengakibatkan kendala untuk beberapa industri dan juga pelaku bisnis lain.

Nilai Tukar Rupiah Melemah
Prediksi pergerakan yang terbatas atas nilai tukar mata uang Indonesia ini muncul akibat adanya ketidakpastian stimulus Amerika Serikat. Kemudian, juga karena muncul kekhawatiran tentang penolakan Omnibus Law Undang Undang Cipta Kerja.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama jika pemerintah bersama dengan anggota legislatif yang duduk dalam parlemen Dewan Perwakilan rakyat (DPR) telah mengesahkan Undang Undang baru yakni Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Berbagai penolakan yang keluar dari lapisan masyarakat pun menjadi pemicu melemahnya nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat ini.
Selama enam hari perdagangan yang lalu, rupiah sudah mulai berjalan naik dan menguat seiring penguatan dolar AS. Namun, pada penutupan perdagangan pada hari Selasa lalu, 13 Oktober 2020, nilai tukar rupiah telah mentok dan ditutup pada level Rp 14.725 per dolar Amerika Serikat.
Yang kemudian, hal itu dapat terlihat melemahnya nilai sekitar 0,17 persen atau sekitar 25 poin. Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat, pengukur kekuatan greenback di depan sejumlah mata uang utama, merangkak dan menguat pada angka 0,1 persen menuju level 93,156.
Pengaruh Sentimen Pasar Akan Demo Penolakan UU Cipta Kerja
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, yakni Ariston Tjendra mengungkapkan tentang permasalahan ini. Pelemahan mata uang Indonesia terdorong akibat sentimen ketidakpastian dari stimulus Amerika Serikat.
Kemudian, juga tentang kekhawatiran pasar pada demo yang berhubungan dengan Omnibus Law Undang Undang Cipta Kerja.
“Itu (Sentimen) memberi tekanan pada rupiah dalam perdagangan saat ini,” ujar Ariston.
Ia juga mengatakan tentang dua sentimen yang sifatnya negatif bisa tetap membayangi pergerakan dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepekan ini.
Meskipun demikian, pasar terlihat sedang menanti tentang pembicaraan stimulus Amerika Serikat yang sedang berlangsung. Kemudian, juga menanti debat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang dapat memberi sentimen positif pada pasar.
Hal itu terlaksana jika stimulus akan rilis serta Joe Biden mempunyai potensi menang. Aristo pun memprediksi jika sepanjang minggu ini, rupiah ada pada posisi Rp 14. 650 sampai Rp 14. 800 per dolar Amerika Serikat.
Dampak Melemahnya Nilai Rupiah
Banyak hal yang akhirnya terpengaruh atas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Banyak beberapa industri UKM yang khawatir akan keterlambatan ekonomi ini.
Kemudian, dampaknya juga terasa pada penurunan daya beli. Tentu hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia. Lalu, melemahnya nilai rupiah atas dolar AS semakin menjadi kendala saat para pelaku UKM Indonesia tak sanggup mempertahankan atau mengeluh atas naiknya semua bahan baku industri mereka.
Selain itu, terdapat dampak yang besar bagi para pelaku bisnis ekspor karena tujuannya akan otomatis melambat. Turunnya nilai rupiah tak langsung membuka peluang terhadap ekspor Indonesia. Hal tersebut karena perekonomian beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor melambat.
Dengan demikian, nilai tukar rupiah terhadap dolar akan menjadi salah satu kendala perekonomian, terutama bagi pelaku industri kecil dan menengah.